Minggu, 8 September 2024 – 17:34 WIB
Jakarta, VIVA – Ketua Tim Sukses Ridwan Kamil-Suswono dalam Pilkada Jakarta 2024, Ahmad Sahroni, menganggap wajar jika ada kelompok masyarakat yang suka dan tidak suka terhadap pasangan calon gubernur dan wakil gubernur tertentu. Hal ini disampaikan Sahroni sebagai tanggapan atas penolakan yang diterima oleh Ridwan Kamil saat melakukan safari politik.
Salah satu insiden penolakan terjadi saat RK melakukan pertemuan di Kantor Badan Musyawarah Betawi di Jatinegara, Jakarta Timur pada Jumat, 6 September 2024. Beberapa anggota organisasi masyarakat setempat terlibat dalam insiden tersebut.
Sahroni menganggap penolakan yang terjadi saat RK melakukan safari politik sebagai hal yang biasa terjadi di Jakarta. “Normal, karena like and dislike di Jakarta itu biasa,” kata Sahroni kepada wartawan di Universitas Borobudur, Jakarta Timur, Minggu, 8 September 2024.
Dia menjelaskan bahwa ada banyak cara untuk mendapatkan dukungan dari berbagai kelompok masyarakat dan bahwa pasangan RK-Suswono akan terus berusaha mengajak masyarakat untuk mendukung tanpa ada paksaan.
“Upaya untuk meraih kemenangan tidak hanya melibatkan beberapa kelompok saja, tetapi melibatkan masyarakat secara luas. Jadi upaya-upaya pemenangan itu melibatkan banyak langkah, jika ada penolakan itu tidak masalah, tidak perlu memaksakan seseorang atau kelompok,” jelas Wakil Ketua Komisi III DPR RI tersebut.
Penolakan terhadap RK-Suswono juga datang dari kelompok suporter The Jakmania. Ridwan Kamil sebelumnya dikenal karena dukungannya kepada Persib Bandung saat menjabat sebagai Wali Kota Bandung dan Gubernur Jawa Barat.
Penolakan terhadap pencalonan Ridwan Kamil semakin kuat setelah beberapa anggota komunitas suporter membuat poster yang menampilkan tulisan, “Rela Jakarta Dipimpin Bobotoh?”. Mereka juga membuat poster lain dengan tulisan “Jakarta Boikot Ridwan Kamil”.
Poster tersebut disebar di area Jakarta International Stadium (JIS) sebagai simbol ketidaksetujuan terhadap kemungkinan Ridwan Kamil memimpin kota metropolitan ini, yang selama ini menjadi markas besar Persija Jakarta.