NU merupakan organisasi besar yang tidak hanya diidentikkan dengan pengurusnya. Penting untuk mengingatkan dan memberikan nasihat kepada mereka agar tetap berada dalam batas kepemimpinan yang telah ditetapkan. Diskusi publik dan bahtsul masail mengenai pencarian sosok Rois Aam dan Ketua Umum PBNU yang berkualitas baru-baru ini dilakukan di Kediri, Jawa Timur. Acara ini diinisiasi oleh Presidium Penyelamat Organisasi (PO) dan Muktamar Luar Biasa NU (MLB NU) Koordinator Jawa Timur (Jatim).
Diskusi tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh seperti Ketua Presidium PO & MLBN KH Abdussalam Shohib, dan Ketua Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPT PBNU) periode 2015-2020, Prof. Muhammad Nasir. Mereka membahas doktrin-doktrin serta prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh oleh pengurus NU. Gus Salam menegaskan bahwa kebesaran NU tidak sepenuhnya tergantung pada pengurusnya, namun lebih ke arah pemeliharaan dan peningkatan martabat NU secara keseluruhan.
Dia juga menjelaskan bahwa pemimpin NU harus memiliki sifat-sifat mulia, kepeloporan, teladan, dan ikhlas, sebagaimana diwarisi dari para ulama pendahulu. Gus Salam pun mengingatkan bahwa para tokoh ulama NU yang telah berjasa pada masa lalu, seperti Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin dan KH. Abdurrahman Wahid, adalah contoh panutan bagi seluruh umat. Selain itu, kritik diajukan terhadap kepemimpinan PBNU pada periode 2022-2027 yang dinilai banyak tidak konsisten dan melanggar prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
Semoga diskusi tersebut dapat membawa pembaruan dan perbaikan dalam kepemimpinan NU ke depan agar tetap menjadi lembaga yang kokoh dan bermanfaat bagi masyarakat luas.