Pada Sabtu, 18 Januari 2025, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengancam akan kembali berperang di Gaza jika fase kedua kesepakatan pertukaran tahanan dan gencatan senjata tidak berhasil. Menurut kesepakatan tersebut, negosiasi untuk fase kedua akan dimulai pada hari ke-16 dari fase pertama yang berlangsung selama 42 hari. Pasukan Israel akan ditarik dari area permukiman di Gaza, dan 33 sandera Israel akan dibebaskan dengan imbalan tahanan Palestina.
Kantor Netanyahu telah menyetujui kesepakatan tersebut pada Jumat, setelah menerima jaminan dari Presiden Biden dan Trump bahwa jika Hamas tidak memenuhi tuntutan keamanan Israel, mereka akan kembali melakukan pertempuran sengit dengan dukungan Amerika Serikat. Hal ini dilaporkan dalam surat kabar Yedioth Ahronoth untuk menenangkan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich yang mengancam akan menarik diri dari pemerintahan jika pertempuran tidak dilanjutkan setelah fase pertama kesepakatan.
Partai sayap kanan ekstrem di Israel juga mengancam akan keluar dari pemerintahan jika kesepakatan tersebut disetujui oleh kabinet. Qatar juga mengumumkan kesepakatan tiga fase pada Rabu untuk mengakhiri serangan Israel di Jalur Gaza. Pada November, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional atas perang yang dilancarkan di wilayah tersebut.