Berita  

Jarak Bahaya Gunung Slamet Diperluas Menjadi 3 Kilometer Akibat Meningkatnya Aktivitas Vulkanik

Jarak Bahaya Gunung Slamet Diperluas Menjadi 3 Kilometer Akibat Meningkatnya Aktivitas Vulkanik

Jumat, 17 Mei 2024 – 10:37 WIB

Jakarta – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperluas jarak bahaya Gunung Slamet di Jawa Tengah (Jateng) dari sebelumnya hanya seluas 2 kilometer menjadi 3 kilometer akibat adanya peningkatan aktivitas vulkanik.

Baca Juga :

Abu Vulkanik Gunung Ibu Membumbung 4 Kilometer, Masyarakat Diimbau Pakai Masker dan Kacamata

“Potensi ancaman bahaya saat ini adalah erupsi freatik maupun magmatik yang dapat menghasilkan lontaran material pijar yang melanda daerah di sekitar puncak dalam radius tiga kilometer,” kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid di Jakarta, Jumat, 17 Mei 2024.
Wafid mengungkapkan hujan abu dapat terjadi di sekitar kawah maupun melanda daerah yang ditentukan oleh arah dan kecepatan angin.

Baca Juga :

Sudaryono Mulai Merangkak ke Posisi Atas Survei Pilgub Jateng

Gunung Slamet merupakan gunung api strato berbentuk kerucut dengan tinggi puncaknya 3.432 meter di atas permukaan laut.

Baca Juga :

Momen Sudaryono ‘Colek’ Bambang Pacul saat Makan Gorengan di Warung Spanduk PDIP

Gunung api berstatus Level II atau Waspada ini secara administratif terletak dalam lima kabupaten di Jawa Tengah yaitu Kabupaten Pemalang, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Purbalingga.
“Aktivitas vulkanik pada tahun ini umumnya didominasi oleh hembusan asap kawah dengan tinggi 50 hingga 500 meter dari atas puncak,” ujar Wafid.
Pada 1-15 Mei 2024 Badan Geologi mencatat ada 943 gempa hembusan, 58 gempa vulkanik dalam, tujuh gempa tektonik jauh, dan gempa tremor menerus dengan amplitudo 0,5 sampai 7 milimeter (dominan 2 milimeter).

Lebih lanjut Wafid mengatakan aktivitas kegempaan didominasi oleh gempa hembusan dan gempa tremor menerus yang mengindikasikan aktivitas pergerakan fluida di sekitar permukaan.
Pada pekan keempat September 2023 hingga 1 Oktober 2023 terjadi peningkatan jumlah gempa tektonik lokal yang diikuti oleh peningkatan amplitudo tremor.
Peningkatan amplitudo tremor menerus yang diikuti oleh kemunculan gempa tremor harmonik dalam durasi panjang pada Oktober 2023 menandai awal peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Slamet.

Menurut Wafid, peningkatan amplitudo tremor menerus tersebut menunjukkan adanya peningkatan pemanasan air tanah dalam tubuh Gunung Slamet pada kedalaman dangkal.
Kemunculan gempa tremor harmonik dalam durasi yang panjang menunjukkan peningkatan hembusan dalam tubuh Gunung Slamet.
Badan Geologi melakukan pemantauan secara visual dan instrumental Gunung Slamet dari pos pengamatan gunung api yang terletak di Desa Gambuhan, Gajah Nguling, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.

“Hasil pengamatan data-data pemantauan menunjukkan adanya peningkatan tekanan di bawah tubuh Gunung Slamet, yang dapat memicu munculnya gempa-gempa dangkal maupun terjadinya erupsi,” kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid. (ant)

Halaman Selanjutnya
“Activitas vulkanik pada tahun ini umumnya didominasi oleh hembusan asap kawah dengan tinggi 50 hingga 500 meter dari atas puncak,” ujar Wafid.