Berita  

Meskipun Tidak Terlibat dalam Serangan Teheran, AS Akan Memberlakukan Sanksi terhadap Iran

Meskipun Tidak Terlibat dalam Serangan Teheran, AS Akan Memberlakukan Sanksi terhadap Iran

Selasa, 16 April 2024 – 00:00 WIB

Washington – Amerika Serikat (AS), akan memberlakukan lebih banyak sanksi terhadap Iran sebagai respons atas serangan Teheran yang dilakukan terhadap Israel, yang terjadi untuk pertama kalinya pada Sabtu malam dan Minggu pagi, 14 April 2024. Selain itu, AS juga telah menyetujui lebih banyak bantuan militer ke Tel Aviv.

Baca Juga :

Menlu Retno Telepon Menlu Iran, Prihatin dengan Kondisi di Timur Tengah

Dewan Perwakilan Rakyat AS akan melakukan pemungutan suara terhadap lebih dari puluhan rancangan undang-undang, yang bertujuan untuk memberlakukan sanksi baru terhadap Iran dan faksi yang didukung Iran di wilayah tersebut. Langkah ini diambil sebagai tanggapan terhadap ratusan rudal dan drone yang diluncurkan ke Israel, demikian dilansir situs berita AS.

“RUU tersebut akan mewajibkan AS untuk sepenuhnya memberlakukan sanksi terhadap Iran dan memastikan sanksi tersebut tidak dilanggar, membatasi impor Iran dan transaksi antara Iran dan lembaga keuangan AS, serta memberikan sanksi terhadap perusahaan Tiongkok yang membeli minyak dari Iran,” demikian laporan Axios.

Baca Juga :

Israel Diserang Iran, Netanyahu Tunda Invasi Darat ke Rafah

VIVA Militer: Rudal hipersonik Iran gagal dibendung sistem Iron Dome Israel

Serangan Iran terjadi sebagai respons terhadap serangan Israel pada awal bulan terhadap Kedutaan Besar Iran di Ibu Kota Suriah, Damaskus, yang menewaskan beberapa perwira Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), termasuk dua komandan tertinggi.

Baca Juga :

Israel Sebut Pangkalan Militer Rusak Akibat Serangan Rudal Iran

Melansir dari The Cradle pada Senin, 15 April 2024, serangan ini menandai pertama kalinya Iran menyerang Israel secara langsung. Padahal, kedua negara telah lama terlibat dalam perang bayangan.

Kelompok Syiah yang didukung oleh Iran seperti Hizbullah di Lebanon, dan Houthi di Yaman juga mengambil bagian dalam serangan balasan tersebut. Di lain sisi, AS, Inggris, dan Prancis membantu Israel mencegat milisi dan roket-roket tersebut.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani mengatakan bahwa negaranya tidak menginginkan lebih banyak ketegangan dan eskalasi di kawasan.

Dia juga menyerukan Amerika Serikat untuk menerima tanggapan negaranya terhadap Israel, dan tidak ikut campur atas sikap Iran saat ini. Mereka memperingatkan, bahwa Iran akan membalas serangan Israel atau AS di masa depan jika mereka bekerja sama.

Terlepas dari kritik Presiden Joe Biden terhadap perang brutal Israel di Gaza, Amerika Serikat menegaskan kembali dukungannya yang teguh dan kuat terhadap Israel atas segala ancaman eksternal, termasuk melalui bantuan militer.

Israel pun telah menerima lebih banyak bantuan luar negeri dari AS dibandingkan negara lain sejak Perang Dunia Kedua, meskipun bantuan tahunannya jauh lebih kecil dibandingkan pendanaan dan peralatan militer yang dikirim ke Ukraina sejak invasi Rusia pada 2022 dalam dua tahun terakhir.

Namun, Biden mengatakan kepada Netanyahu pada akhir pekan bahwa AS tidak akan mengambil bagian dalam serangan balasan apapun terhadap Iran. Gedung Putih mengatakan bahwa pihaknya tidak ingin berperang dengan Iran, dan mendesak deeskalasi di wilayah tersebut.

Rancangan undang-undang lain yang akan dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat AS termasuk mendesak Uni Eropa untuk menetapkan IRGC sebagai organisasi teroris, serta menyatakan slogan ‘dari sungai hingga laut, Palestina akan bebas’ bersifat antisemit.

Slogan tersebut mengacu pada batas alami Palestina dan pembebasannya dari pendudukan Israel, dari Sungai Yordan di timur hingga Laut Mediterania di barat.

Israel dan beberapa sekutunya menganggapnya sebagai tindakan antisemit, dan mengklaim bahwa hal tersebut merupakan seruan untuk memusnahkan Israel dan populasi Yahudi di dalamnya. RUU itu nantinya akan membutuhkan dua pertiga mayoritas untuk disahkan.

Halaman Selanjutnya

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani mengatakan bahwa negaranya tidak menginginkan lebih banyak ketegangan dan eskalasi di kawasan.

Halaman Selanjutnya