Berita  

Serangan Brutal Ekuador pada Kedutaan Besar Meksiko untuk Menangkap Wapres yang Dituduh Korupsi

Serangan Brutal Ekuador pada Kedutaan Besar Meksiko untuk Menangkap Wapres yang Dituduh Korupsi

Senin, 8 April 2024 – 00:11 WIB

Ekuador – Otoritas Ekuador mengambil langkah ‘ekstrem’ dengan membobol kantor kedutaan asing Meksiko untuk menangkap mantan Wakil Presiden Ekuador yang dihadapkan pada tuduhan korupsi.

Polisi Ekuador pada Jumat malam minggu lalu, dengan kekerasan masuk ke Kedutaan Besar Meksiko di ibu kota Ekuador, Quito, untuk menangkap Wakil Presiden Ekuador Jorge Glas, yang tinggal di fasilitas diplomatik tersebut sejak Desember lalu setelah meminta suaka kepada pihak Meksiko.

Glas (54 tahun) pindah ke kedutaan Meksiko pada 17 Desember lalu, mencari suaka karena mengatakan telah dianiaya secara politik. Keputusannya diambil pada saat yang sama ketika otoritas memerintahkan dia untuk hadir di hadapan jaksa untuk menjawab pertanyaan dalam penyelidikan korupsi terhadapnya. Glas sebelumnya divonis bersalah atas tuduhan suap dan korupsi dalam dua kasus terpisah, salah satunya terkait dengan perusahaan konstruksi Brasil Odebrecht dan membuatnya dijatuhi hukuman enam tahun penjara.

Pemerintah Meksiko memberinya suaka politik pada hari Jumat, 15 April 2024, hanya beberapa jam sebelum polisi Ekuador menggerebek kedutaan itu. Rekaman dramatis penyerbuan itu menunjukkan petugas bersenjata lengkap memanjat tembok luar gedung sebelum diplomat senior Meksiko, Roberto Canseco, terjatuh saat Glas ditangkap.

Kantor Noboa membela keputusan tersebut, sementara presiden lainnya mengatakan keputusan tersebut melanggar norma internasional. Pada Sabtu pagi usai penangkapan, Glas dipindahkan ke penjara dengan keamanan maksimum di kota Guayaquil yang merupakan rumah bagi beberapa penjahat paling terkenal di Ekuador. Penjara ini dijuluki “The Rock”, mengacu pada lembaga pemasyarakatan California, Alcatraz.

Berdasarkan hukum internasional, lokasi kedutaan di sebuah negara “tidak dapat diganggu gugat” dan “agen negara penerima tidak boleh memasukinya, kecuali dengan izin dari kepala misi”.

Pasal 22 Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961 menyatakan: “Lokasi misi, perabotannya dan properti lainnya di atasnya serta sarana transportasi misi harus kebal dari penggeledahan, pengambilalihan, penyitaan, atau eksekusi.”