Jakarta – Konflik antara Israel dan negara-negara Arab dapat pecah kapan saja saat ini. Apalagi ada sejarah yang panjang dan kompleks antara mereka, dan potensi untuk perang selalu ada.
Konflik berkelanjutan antara Israel dan Palestina telah memicu ketegangan dan konflik dengan negara-negara Arab lainnya. Yang terbaru, konflik Israel-Hamas sejak akhir tahun 2023 telah mengubah lanskap politik di Timur Tengah dan menghentikan proses normalisasi antara Israel dan beberapa negara Arab.
Aksi genosida Israel di Gaza pun semakin menyeret negara-negara lain terlibat konflik dengan rezim kolonial Zionis. Berikut adalah beberapa negara Arab yang memiliki kekuatan militer yang signifikan dan berpotensi menghadapi militer Israel:
Lebanon, yang memiliki perbatasan selatan bersama Israel, memiliki sejarah yang tegang dengan Israel di antara negara-negara Arab lainnya. Ketegangan memuncak ketika Hizbullah memberikan dukungan kepada pejuang Palestina melawan Israel, terutama selama kejadian genosida di Gaza. Akibatnya, Hizbullah terlibat dalam pertempuran dengan Israel di wilayah perbatasan Lebanon, meskipun skala konflik masih terbatas.
Pada 15 Oktober, Menteri Pertahanan Israel menyatakan bahwa Israel tidak berniat terlibat dalam perang di front utara asalkan Hizbullah juga menunjukkan keterkendalian. Lebanon menempati peringkat 118 dari 145 negara dalam tinjauan tahunan Global Firepower, dengan Power Index sebesar 2.4283, di mana skor 0.0000 dianggap sebagai nilai optimal. Adapun Israel berada di peringkat 17 dari 145 negara dalam tinjauan tahunan Global Firepower. Negara ini memiliki skor Power Index sebesar 0.25966. Meskipun Lebanon memiliki indeks kekuatan militer yang lebih rendah dibandingkan Israel, mereka memiliki kelompok Hizbullah yang sangat berpengalaman dan bersenjata lengkap. Hizbullah telah menunjukkan kemampuan untuk melancarkan serangan lintas batas ke Israel dan telah terlibat dalam pertempuran mematikan di perbatasan Israel-Lebanon saat ini.
Mesir memiliki sejarah panjang dalam konflik Arab-Israel, yang mencakup perang pada tahun 1948, 1967, dan 1973. Sejarah tersebut mencatat Mesir sebagai negara Arab pertama yang menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1979. Negara ini memiliki keinginan untuk merebut kembali kedaulatannya atas Semenanjung Sinai, yang direbut oleh Israel selama Perang Enam Hari pada tahun 1967. Di sisi lain, Mesir juga bermaksud mengalihkan sumber daya dari pengeluaran militer untuk memperkuat perekonomiannya. Saat ini, Kairo berupaya untuk memperkuat hubungannya dengan Amerika Serikat, termasuk melalui rekonsiliasi dengan Israel, sekutunya. Meskipun demikian, ketegangan muncul antara Mesir dan Israel, terutama dengan peningkatan serangan militer Israel di wilayah Rafah yang berbatasan langsung dengan Mesir. Tindakan tersebut telah memicu gelombang pengungsi yang berpotensi masuk ke wilayah Mesir, yang kemudian disoroti oleh Kairo sebagai perbuatan yang sangat tercela. Dalam tinjauan tahunan Global Firepower, Mesir menempati peringkat 15 dari 145 negara, dengan Power Index sebesar 0.2283. Kekuatan militer Mesir diakui lebih unggul daripada Israel, jika terjadi konflik bersenjata secara langsung.