Berita  

Anindya Bakrie Mengatakan Indonesia Butuh Diplomasi Hijau dalam Menangani Masalah Transisi Energi

Anindya Bakrie Mengatakan Indonesia Butuh Diplomasi Hijau dalam Menangani Masalah Transisi Energi

Rabu, 10 Januari 2024 – 11:51 WIB

Jakarta – Ketua Komisaris VKTR, Anindya Bakrie, mengatakan bahwa potensi biodiversitas darat dan laut di Indonesia sangat tinggi sehingga memerlukan kebijakan Green Diplomacy.

Demikian disampaikan Anindya Bakrie saat menjadi pembicara dalam diskusi “Green and Blue Energy: Big Push for the Future”, yang diselenggarakan oleh Komunitas Discordia, di Meat Compiler Cikajang, Jakarta Selatan, pada Selasa, 9 Januari 2024.

“Dalam Forum COP 28 yang saya hadiri, saya hitung nilai investasi dekarbonisasi Indonesia bisa mencapai USD 1 triliun yang sangat besar,” kata Ketua Dewan Pembina Kadin Indonesia dalam diskusi tersebut.

Menurut Anin, dana sebesar itu seharusnya digunakan untuk hilirisasi tidak hanya untuk nikel, tetapi juga sumber daya seperti tembaga dan lainnya sehingga bermanfaat meningkatkan nilai tambah ekonomi Indonesia.

“Dan sumber-sumber energi baru tersebut kebanyakan berada di Indonesia Timur sehingga kebijakan hilirisasi akan memeratakan pembangunan kita,” jelas Anindya.

Selain itu, Anindya menyebutkan perkembangan teknologi dan modal menyebabkan energi terbarukan yang sebelumnya subskala seperti angin, panas bumi, hidro pada 5-10 tahun lalu sekarang berpotensi sangat besar secara bisnis.

“Oleh karena itu, kami perusahaan Bakrie yang sebagian besar sumber energinya berbahan bakar fosil, siap melakukan transisi energi menggunakan sumber daya baru dan terbarukan,” ungkap Anindya.

Sementara itu, Ketua Discordia, Khalid Zabidi, menyebutkan bahwa diskusi ini dimaksudkan sebagai wadah alumni muda ITB untuk menyampaikan gagasan dengan cara berbeda pendapat, berselisih, dan bertengkar, tentunya dengan cara adu pikiran yang baru.

Adapun pembicara dalam diskusi tersebut antara lain Founder dan Chairman Discordia Khalid Zabidi, Founder dan President Commissioner VKTR Anindya Bakrie, Peneliti Senior BRIN Zulkaida Akbar, dan Executive Vice President PLN Aditya Syarief Darmasetiawan.

Diskusi tersebut bertema transisi energi fosil menuju green and blue energy yang potensinya berlimpah di Indonesia, kuncinya adalah proses hilirisasi yang perlu diberi dorongan kuat untuk mewujudkan ketahanan energi.

Komisaris Pertamina Trans Kontinental tersebut menjelaskan, potensi melimpah energi hijau dan biru di Indonesia harus dimanfaatkan untuk mencapai peradaban pertama menurut skala Kardashev.

Dalam diskusi Discordia dengan tema Blue dan Energy Big Push for The Future, mengemuka pandangan bahwa momentum transisi energi mesti dimanfaatkan oleh Indonesia selain untuk menjaga ketahanan energi dalam negeri, dalam waktu bersamaan harus mendudukkan Indonesia menjadi negara yang bisa berperan penting bagi terjadi net zero emission.

Khalid kemudian menjelaskan bahwa momentum energi transisi ini memposisikan Indonesia sebagai salah satu negara yang penting karena Indonesia memiliki kekayaan sumber alam yang bervariasi yang dibutuhkan oleh teknologi-teknologi baru untuk menerapkan energi baru terbarukan sehingga memerlukan suatu kebijakan yang jelas namun tetap memerhatikan ecological integrity.

“Indonesia harus mendapatkan keuntungan dalam kesempatan ini karena Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam yang bisa mendukung teknologi-teknologi baru dalam penerapan energi baru terbarukan sehingga perlu memagari dalam pemanfaatannya dengan ecological integrity,” tutup Khalid.