Pemimpin Katolik tertinggi, Paus Fransiskus mengecam perang di Gaza di mana pejabat kesehatan Palestina melaporkan bahwa serangan udara Israel di Jalur Gaza telah menyebabkan kematian sedikitnya 70 orang pada Malam Natal. Serangan Israel dimulai beberapa jam sebelum tengah malam dan berlanjut hingga hari Natal. Penduduk setempat dan media Palestina melaporkan bahwa Israel meningkatkan serangan udara dan darat terhadap al-Bureij di Gaza tengah. Menurut juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf Al-Qidra, serangan udara Israel menargetkan Maghazi di Gaza tengah dan menewaskan setidaknya 70 orang, banyak di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Meskipun demikian, tentara Israel membantah bahwa mereka berada di daerah padat penduduk atau menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia. Bulan Sabit Merah Palestina telah merilis rekaman korban luka yang dibawa ke rumah sakit. Serangan udara Israel juga dilaporkan terjadi di Khan Younis dan di Gaza selatan, menewaskan delapan warga Palestina.
Situasi yang semakin memanas di Gaza ini turut memengaruhi perayaan Natal di Betlehem, kota di Tepi Barat yang diduduki Israel. Paus Fransiskus dalam Misa Natalnya di Basilika Santo Petrus di Roma, menyatakan kesedihannya atas perang di Gaza yang menghalangi upaya perdamaian dunia. Umat Kristen Palestina juga mengadakan perayaan Natal di Betlehem yang sarat dengan doa untuk perdamaian di Gaza. Di tengah puing-puing dan kawat berduri, patung-patung Natal di gereja-gereja Betlehem diletakkan sebagai bentuk solidaritas terhadap masyarakat Gaza.
Sementara itu, militer Israel juga mengalami kerugian yang besar dengan 10 tentaranya tewas dalam satu hari terakhir. Dalam pesan video, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa pasukannya akan terus berperang hingga “kemenangan total” atas Hamas.
Situasi yang suram ini juga tercermin di kota suci Betlehem yang biasanya ramai saat perayaan Natal, namun sekarang hening dan suram. Pembatalan perayaan Natal juga memberi dampak besar bagi ekonomi kota suci tersebut, di mana pariwisata adalah sumber utama pendapatan. Banyak hotel dan toko souvenir di Betlehem terpaksa ditutup karena minimnya pengunjung.
Kondisi ini juga mengecilkan harapan akan perdamaian di tengah-tengah perayaan Natal, dan memberikan tantangan bagi pemimpin dunia untuk menemukan solusi atas konflik yang semakin memanas di Gaza.